Akhirnya gw baca buku ini. Sebenernya udah ada di library Kindle gw dari lama, gara-gara yang nulisnya dua nobelis terkenal MIT: Esther & Abhijit. Tapi akhirnya baru gw bener-bener baca, karena gw mau ngambil kelas mereka di MIT Micromasters, yang kebetulan topiknya diambil dari buku ini, dan bahkan jadi salah satu course baru di program Micromasters berjudul sama: Good Economics for Hard Times.
Jujur, buku ini adalah “buku ekonomi” pertama gw, jadi gw gak punya preseden sebelumnya dan ekspektasi isinya akan seperti apa. Untungnya, ternyata isinya gak teknis sama sekali, gak ada persamaan-persamaan matematika, cuma ada beberapa grafik sederhana yang mudah dipahami. Topiknya membahas isu-isu global yang dianggap sangat penting (setidaknya oleh sang penulis), seperti: polarisasi yang semakin parah, migrasi, perdagangan, diskriminasi, pertumbuhan (growth), pendidikan, krisis iklim, dan aturan pajak. Secara umum, buku ini jadi ngasih gw gambaran gimana cara seorang ekonom berpikir dan melihat sesuatu, yang akhirnya bikin gw juga jadi punya framework baru. Di buku ini, penulis mencoba menjabarkan masalah-masalah di atas dengan penjelasan yang lebih detil dan caveat yang dirasa harus diketahui, dibanding hanya membuat statement yang kategorikal, seperti: imigrasi itu baik, atau free trade itu pilihan yang lebih bijaksana.
Banyak poin-poin yang menarik untuk orang non-ekonomi kayak gw, seperti:
- Migrasi. Umumnya ekonom menganggap bahwa migrasi itu baik, tapi kenapa sih banyak orang umum khawatir dengan isu ini? Ternyata ya karena banyak orang bicara berdasarkan persepsi. Kekhawatiran mereka didasarkan pada teori supply & demand; semakin banyak imigran, upah penduduk asli (native) akan menurun. Padahal kenyataannya, teori supply & demand tidak berlaku di konteks imigrasi. Berdasarkan data sebenarnya, migrasi meningkatkan demand for labor sekaligus meningkatkan supply dari labor itu. Jadi teori supply demand bukan deskripsi yg tepat untuk menggambarkan bagaimana migrasi bekerja.
- Masih dalam konteks migrasi, native sebenarnya tidak perlu khawatir, karena mereka bisa mengambil pekerjaan yang berbeda dengan para imigran. Misalnya, pekerjaan-pekerjaan yang lebih butuh banyak kemampuan komunikasi. Keuntungan lain dari kedatangan imigran adalah, perempuan-perempuan native juga jadi lebih bisa bekerja di luar rumah, karena imigran bisa bantu bekerja di child care, dll. Native pun bisa melakukan restrukturisasi pegawai dan biaya pegawai pada bisnisnya, dibanding mengadopsi teknologi (memperlambat proses mekanisasi).
- Tanpa hambatan eksternal, sebenarnya tantangan internal pun kuat di para imigran. Atau bahasa lainnya: sebenarnya mereka sendiri pun sudah punya banyak barrier utk migrasi. Tidak semua orang punya niat dan keberanian untuk pergi meninggalkan kampung halaman. Jangankan pindah negara, pindah dari desa ke kota saja tidak semua orang mau, bahkan walaupun di desanya dia kekurangan.
- Perdagangan internasional. Jika dilakukan dengan tepat, sebenarnya keuntungan yang didapat oleh negara-negara yang lebih kecil dan miskin, bisa lebih besar daripada negara-negara kayak seperti USA.
- Diskriminasi. Dalam banyak kasus, sering diperkuat oleh diri sendiri. Contohnya: orang akan bersikap berbeda pada saat mereka diingatkan tentang identitas kelompok mereka, yang menyebabkan mereka lebih ragu lagi pada dirinya sendiri. Saat sebuah kelompok dikatakan bahwa mereka adalah kelompok A yang berkarakter kurang baik, kelompok tersebut jadi menganggap bahwa mereka memang punya kekurangan.
- Diskriminasi dalam konteks perpecahan atau segregasi, obatnya adalah familiarity. Jadikan kelompok tertentu menjadi lebih familiar di kelompok lainnya, sehingga mereka punya lebih sedikit atau tidak ada resistensi terhadap kelompok berbeda.
- Growth. Topik growth adalah topik yang panjang, menarik, dan gw sendiri jadi belajar banyak. Intinya adalah, para ekonom bisa memprediksi bagaimana negara-negara bisa berkembang (growth-nya positif), tapi mereka sulit untuk memprediksi bagaimana saat mencapai titik tertentu, growth itu bisa terus positif. Di sini gw jadi berkenalan dengan dua ekonom terkenal dunia, yaitu Solow dan Romer, dan membandingkan teori keduanya. Modelnya Solow menggambarkan bagaimana GDP, growth, capital & labor akan menemukan titik seimbangnya, dan model Romer mengenalkan tentang diminishing return. Salah satu narasi utama Romer: gagasan bahwa keterampilan dibangun di atas satu sama lain dan menyatukan orang-orang terampil di satu tempat bisa membuat perbedaan.
- Baik di model Solow maupun Romer, driver dari long-run growth adalah inovasi teknologi. Tapi kendalanya, ini tidak bisa diadopsi begitu saja oleh negara-negara yang miskin.
- Saat membandingkan growth, kita bisa mengambil contoh negara kaya VS negara miskin, seperti Amerika dan India. Di USA, inovasi didominasi oleh perusahaan besar yang punya kapital, sehingga menyebabkan perusahaan kecil mati. Sedangkan di India, perusahaan besar growth-nya gak tinggi, tapi jadinya perusahaan kecil juga gak mati.
- Perusahaan keluarga yang dijalankan penerus keluarga alih-alih memilih orang luar yang berkompetensi, growth nya kecil.
- Di sini gw juga jadi belajar bahwa ada yang namanya causality problem. Bukan hanya ‘correlation does not mean causation‘, tapi kita harus memisahkan cause & effect. Katakanlah dalam konteks growth dan pendidikan. Tidak serta merta kita bisa menyimpulkan bahwa pendidikan menyebabkan growth, karena bisa jadi sebaliknya, growth yang tinggi (positif), menyebabkan pemerintah punya budget untuk melakukan perubahan-perubahan dan mengadakan lebih banyak pembangunan sehingga pendidikan pun menjadi lebih baik.
- Pemanasan global. Cost terbesar dari isu ini akan ada pada dan dialami oleh negara-negara miskin (karena berbagai faktor termasuk lokasi dan kondisi cuaca), walaupun sebenarnya di sini berlaku 50:10 rule: 10% populasi dunia (polutan tertinggi) berkontribusi pada 50% emisi CO2, sedangkan 50% polutan berkontribusi pada 10% emisi.
- Sebuah penelitian menemukan bahwa kenaikan suhu 1 derajat C pada tahun tertentu mengurangi pendapatan per kapita sebesar 1,4%, tetapi itu hanya di negara-negara miskin. Konsekuensinya tidak hanya pada pendapatan, tapi juga pada kesehatan.
- Penduduk di negara miskin, pada saat terjadi kenaikan suhu, katakanlah mereka jadi harus memakai mesin pendingin (AC). Tapi ini akan menimbulkan dilema, karena gas HFC dari AC itu lebih berbahaya dari CO2. Akhirnya mereka harus memilih: ingin menyelamatkan manusia hari ini (dari kepanasan) atau menyelamatkan manusia di masa depan (dari bumi yang semakin panas).
- Di buku ini, gw juga jadi diperkenalkan bahwa di dunia ada yang namanya robot tax, yaitu pajak yang diterapkan ke mesin/robot (mekanisasi), kecuali jika produktifitasnya memang sangat tinggi. Hal ini juga direkomendasikan oleh Bill Gates, dan Korea Selatan menjadi negara pertama yang mengaplikasikannya.
- Ada yang namanya ‘Horss and Sparrow theory’ (teori kuda dan burung pipit), yaitu: manfaat pertumbuhan akan datang dengan mengorbankan beberapa ketidaksetaraan. Idenya adalah bahwa yang kaya akan diuntungkan terlebih dahulu, tetapi yang miskin pada akhirnya akan diuntungkan.
Mengingat bahwa penulis buku ini adalah dua orang pemenang nobel, menurut gw, buku ini sangat enjoyable, tulisannya ngalir, bacanya kayak dengerin orang lagi cerita, dan gak banyak jargon kayak orang-orang yang lagi mau show off bahwa mereka intelek. So, skor 8 dari 10. Terima kasih, Esther dan Abhijit. Doakan saya lulus course kalian dengan nilai super bagus! Amin.
Di kamar,
Sambil nyelesein PR dari materi-materi DEDP >,<